EDITORIAL HIV: Pesawat Tempur Siluman NTT
Abstract
Seorang kenalan yang mengidap infeksi HIV pernah berkata,“Berstatus positif saya terima selaku berkat, berkat dari Tuhan yang paling baik bagi saya!” Bisakah, seorang penyintas HIV menyambut hasil tes positif bagai “berkat paling baik bagi saya”? Bukan bagai kutukan, bukan laksana pedang yang akan menohok dirinya seterusnya, seumur hidup? Tandasnya lagi, “Sebelum saya mengidap HIV saya hidup sembarangan, tapi kini saya hidup serba tertib. Dulu saya hanya ingat diri dan mengejar kenikmatan seketika, kesenangan sesaat, kepuasan sepintas. Kini saya
bekerja keras untuk ibuku dan anak-anak kami yang masih kecil, yang sangat membutuhkan kehadiran saya.” Gaya hidupnya serta hasrat jiwanya sudah berbalik 180 derajat. Status positif menjadi berkat bagi dia, lebih lagi bagi istri dan anak-anak mereka.
bekerja keras untuk ibuku dan anak-anak kami yang masih kecil, yang sangat membutuhkan kehadiran saya.” Gaya hidupnya serta hasrat jiwanya sudah berbalik 180 derajat. Status positif menjadi berkat bagi dia, lebih lagi bagi istri dan anak-anak mereka.
Full Text:
PDFDOI: http://dx.doi.org/10.31385/jl.v14i2.14.211-216
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright© 2015 JURNAL LEDALERO This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero Jalan Trans Maumere-Ende - Sikka - Flores - Nusa Tenggara Timur - Indonesia Telp/Fax: 0382 2426535